MENGENTASKAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
DI INDONESIA
ABSTRAK
Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa,
baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Bisa dibayangkan kekayaan alamnya mulai dari
kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan lainnya yang terkandung di dalam dalam
bumi indonesia. Dari sabang sampai
merauke berjajar pulau – pulau. Hal yang
terpenting dan yang seharusnya dilakukan adalah mengelola kekayaan alam untuk
meningkatkan kesejahtaeraan dan kemakmuran masyarakat Indonesia. Pasalnya, kekayaan alam tersebut merupakan
hak seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian, bukankah seharusnya rakyat Indonesia hidup makmur dan sejahtera. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Kemiskinan dan pengangguran banyak ditemui di
Indonesia, bahkan semakin meningkat tiap tahunnya.Kemiskinan dan pengangguran
memang sangat berkaitan, dan tidak dapat dipisahkan, di mana ada pengangguran
di situ pasti ada kemiskinan.
pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan.Berbagai upaya telah dilakukan
untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran.
Mulai dari peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), pendidikan yang
bermutu, menciptakan lapangan kerja yang padat karya dan pendidikan
kewirausahan di sekolah. Dengan
mempunyai pendidikan kewirausahaan, diharapkan rakyat indonesia bisa
menciptakan lapangan kerja sehingga bisa menyerap tingkat pengangguran, dengan
demikian kemiskinan pun bisa berkurang.
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi
pada Tahun 1997 membuat kondisi ketenagaan di Indonesia ikut memburuk yang
berdampak pada kemiskinan. Sejak itu
perekonomian Indonesia tidak pernah mencapai 7-85%. Pada Tahun 2013 pertumbuhan Ekonomi naik 5,78
persen, namun ironisnya kemiskinan justru bertambah 0,48 juta orang. Target
penurunan kemiskinan justru meningkat mendekati 11,5 persen. Pengangguran
terbuka bertambah 220.000 orang atau meningkat 6,25 persen. Meleset dari target
penurunan 5,8-6,1 persen pada tahun 2013.
Pengangguran terdidik bertambah, kecuali pada level SD ke bawah dan SMP.
Kemiskinandanpengangguran merupakan hal yang
komplek karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya
pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Pada dasarnya
pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah kemiskinan
dan pengangguran yang selama ini menjadi masalah yang sangat sulit. Program
bantuan selalu diberikan kepada semua rakyat yang membutuhkan. Dengan adanya
bantuan-bantuan tersebut dimaksudkan agar dapat meringankan beban rakyat. Namun
dalam pelaksanaannya tidak sesuai yang telah diharapkan bersama. Dalam
kenyataannya program-program yang dilakukan pemerintah tidak lantas dapat
mengatasi semua masalah ekonomi. Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba
mengulas kembali seperti apa dan bagaimana kemiskinan dan pengangguran terjadi
di Indonesia dan bahkan menjadi permasalahn yang sulit untuk di pecahkan. Dengan
demikian, penulis mengambil judul makalah “Mengentaskan
Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka penulis
mengambil rumusan masalah sebagai berikut ;
1.
Definisi kemiskinan dan
pengangguran
2.
Hubungan antara kemiskinan dan Pengangguran
3.
Keadaan kemiskinan dan
pengangguran di Indonesia
4.
Solusi permasalahan kemiskinandan
Pengangguran
BAB ll
PEMBAHASAN
A.
Definisi Kemiskinan dan
Pengangguran
1. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lain melihatnya dari segi moral dan evaluative,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
2. Definisi Pengangguran
Definisi Ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau)
bekerja. Seseorang baru dikatakan
menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak
mendapatkannya. Pengangguran adalah suatu kondisi dimana seseorang yang ingin
bekerja dan mempunyai kemampuan di bidang masing – masing tetapi dikarenakan
terbatasnya suatu pekerjaan yang tersedia dan tidak memadai bahkan bisa juga
tidak tersedianya lapangan kerja. Pengangguran juga bisa diartikan sebagai
seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang
mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat
memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
a. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus menerus
mengalami perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi
semakin rendah. Pada akhirnya
perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full
employment), yaitu apabila penganggurn tidak melebihi 4%. Pengangguran ini dinamakan pengangguran
Friksional (Frictional unemployment).
Segolongan ahli ekonomi menggunakan istilah pangangguran normal atau
pengangguran mencari (search unemployment).
Pengangguran jenis ini bersifat sementara dan terjadi karena adanya
kesenjangan waktu, informasi, ataupun karena kondisi geografis/jarak antara
pencari kerja dan kesempatan (lowongan kerja).
Mereka yang masuk dalam kategori pengangguran sementara umumnya rela
menganggur (voluntary unemployment) untuk mendapat pekerjaan. Pengangguran friksional bukanlah wujud
sebagai akibat dari ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai
akibat dari keinginan untuk mencari kerja yang lebih baik itu adakalanya mereka
harus menganggur. Namun pengangguran ini
tidak serius karena bersifat sementara.
b. Pengangguran Struktural (Stuctural Unemployment)
Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi
persyaratan yang dibutuhkan untuk untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang
berkembang pesat. Makin tinggi dan
rumitnya proses produksi atau teknologi produksi yang digunakan, menuntun
persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi. Misalnya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
industri kimia menuntut persyaratan yang relatif berat, yaitu pendidikan
minimal sarjana muda (Program D3), mampu menggunakan komputer dan menguasai
minimal Bahasa Inggris.
Dengan makin besar peranan mekanisme pasar yang semakin mengglobal,
maka toleransi terhadap kekurang persyaratan tidak ada lagi. Sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu,
sesorang yang tidak mempunyai persyaratan yang dibutuhkan masih dapat
ditolerans, selama kekurangannya hanya sedikit.
Sebab penawaran tenaga kerja yang berkualitas baik relatif sedikit
dibanding kebutuhan. Tetapi sekarang
yang terjadi adalah kelebihan tenaga
kerja yang berkualitas. Jika tetap terjadi kekurangan, dapat diatasi dengan
mendatangkan tenaga kerja asing.
Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi
dibanding pengangguran friksional.
Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu yang lama. Bahkan
untuk Indonesia, Pengangguran struktural merupakan masalah besar dimasa
mendatang jika tidak ada perbaikan kualitas SDM.
c. Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment)
Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment) atau pengangguran
konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan – perubahan
dalam tingkat kegiatan perekonomian.
Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan –
perusahaan harus mengurangi kegiatan memproduksi. Dalam pelaksanaannya berarti jam kerja
dikurangi, sebagian mesin produksi digunakan, dan sebagian tenaga kerja
diberhentikan. Dengan demikian,
kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat pengannguran.
Tenaga kerja akan terus bertambah sebagai akibat pertambahan
penduduk. Apabila kemunduran ekonomi
terus berlangsung sehingga tidak dapat menyerap tambahan tenaga kerja, maka
pengangguran konjungtur akan menjadi bertambah serius. Ini berarti diperlukan kebijakan – kebijakan
ekonomi guna meningkatkan kegiatan ekonomi, dan harus diusahan menambah
penyediaan kesempatan kerja untuk tenaga kerja yang baru memasuki pasar tenaga
kerja (sebagai akibat) bertambahnya penduduk).
Pengangguran konjungtur hanya dapat dikurangi atau diatasi masalahnya
apabila pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah kemunduran ekonomi cukup besar
juga dapat menyediakan kesempatan kerja baru yang lebih besar dari pertambahan
tenaga kerja yang terjadi.
d. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi
jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Misalnya, di luar musim
tanam dan panen, petani umumnya menganggur, sampai menunggu musim tanam dan
panen berikutnya.
B.
Hubungan antara Kemiskinan
dan Pengangguran
Permasalahan tentang pengangguran merupakan permasalahan yang
sepertinya sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia, karena masalah
pengangguran sendiri dari hari ke hari semakin meningkat. Permasalahn pengangguran juga merupakan
permasalahan yang cukup serius bagi banyak negara di dunia, bahkan hampir semua
negara mengalami permasalahan pengangguran.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah – masalah sosial lainnya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur
harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis
yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
ü
Faktor – faktor yang mempengaruhi
hubungan antara pengangguran dengan kemiskinan
1. Penduduk dan kesempatan kerja
Pertumbuhan penduduk Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran
penduduk yang kurang seimbang merupakan faktor yang amat mempengaruhi manfaat
hasil pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi berarti
diperlukannya usaha yang semakin besar untuk mempertahankan suatu tingkat
kesejahteraan rakyat tertentu di dalam memenuhi kebutuhan pokok seperti
makanan, perumahan, pakaian, pekerjaan, dan kesehatan. Usaha yang lebih besar
lagi dibutuhkan bilamana tingkat kesejahteraan ini ingin ditingkatkan. Penyebaran penduduk yang kurang seimbang di
antara pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya telah menghambat pemanfaatan secara
optimal sumber alam maupun sumber manusia Indonesia. Selanjutnya ketidakseimbangan di dalam
penyebaran penduduk Indonesia di antara daerah kota dan pedesaan juga telah
menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan urbanisasi. Tingginya angka kelahiran dan adanya
ketidakseimbangan penyebaran merupakan masalah jangka panjang. Namun dalam
Repelita II usaha-usaha ditingkatkan untuk menanggulangi akibat dari tingginya
tingkat pertumbuhan penduduk dan ketidakseimbangan di dalam penyebaran
penduduk. Tetapi terdapat satu hal penting lainnya sebagai akibat dari
pertumbuhan penduduk yang tinggi, yaitu mendesaknya kebutuhan akan penciptaan
lapangan kerja yang meluas. Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang diakibatkan
terutama oleh tingginya angka kelahiran berarti kebutuhan akan penciptaan
kesempatan kerja lebih besar terutama bagi tenaga kerja umur muda, baik di kota
maupun di desa. Adapun arah kebijaksanaan yang ditempuh dalam Repelita II
adalah mempengaruhi struktur penduduk, khususnya tingkat kelahiran dan
penyebaran penduduk dan di lain pihak memperbesar daya serap tenaga kerja dari
kegiatan pembangunan.
2. Kekurangseimbangan di dalam permintaan dan penawaran tenaga terdidik
Salah satu aspek masalah tenaga
kerjadan kesempatan kerja ialah terdapatnya ketidakseimbangan di antara jenis
tenaga terdidik yang tersedia dengan jenis tenaga terdidik yang dibutuhkan di
dalam pembangunan.Terdapat indikasi mengenaik ekurangan kesempatan kerja bagi tenaga terdidik
tertentu khususnya di kalanganl ulusan sekolah lanjutan atas. Tetapi pada lain
pihak terdapat pula indikasi mengenai kekurangan tenaga terdidik pada banyak bidang.
3.
Kekurangseimbangan permintaan dan penawaran tenaga
kerja antar daerah
Kekurangan kesempatan kerja secara umum,
kekurangseimbangan di dalam struktur permintaan dan penawaran tenaga kerja
terdidik dan adanya syarat-syarat kerja dan kesejahteraan buruh yang kurang
wajar tidak sama intensitasnya di antara daerah-daerah di Indonesia dan di
antara daerah kota dan desa. Kekurangan kesempatan kerja secara umum amat
terasa di pulau Jawa. Rendahnya luas tanah pertanian per orang di Jawa
dibanding dengan daerah lain merupakan salah satu sebab kekurangan kesempatan
kerja secara umum yang lebih besar ini. Relatif rendahnya tingkat upah tenaga
tidak terdidik secara umum di Jawa (kecuali di Jakarta) dibanding dengan daerah-daerah
lain di Indonesia adalah manifestasi dari pada tingkat kekurangan kesempatan
kerja yang lebih besar di Jawa dibanding dengan daerah-daerah lain. Diantara
daerah-daerah di luar Jawa juga terdapat perbedaan intensitas kekurangan kesempatan
kerja.Di daerah pedesaan kekurangan tenaga terdidik untuk pembangunan lebih besar
dari pada di daerah kota. Di daerah kota, sebaliknya gejala kekurangan kesempatan
kerja bagi tenaga terdidik kelihatannya lebih menonjol. Sehingga, disimpulkan bahwa masalah utama di
bidang kesempatan kerja memperlihatkan variasi yang berbeda-beda di
antara daerah di Indonesia maupun di
antarkota dan desa. Dengan demikian kebijaksaan yang ditempuh akan mempunyai
variasi.
4.
Masalah
ketenagakerjaan kemiskinan dan pengangguran
Sebuah negara tidak akan pernah bisa
lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih
pada negara - negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia.
Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, dan kemiskinan Indonesia sudah menjadi
masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin
membelit dan menghalangi langkah Indonesia untuk menjadi mengarah yang lebih maju. Indonesia sebenarnya
sempat menjadi tempat favorit bagi para pengusaha dari luar negeri untuk membangun
usaha mereka disini. Ya, dengan alasan murahnya biaya tenaga kerja merupakan
salah satu faktor mengapa Indonesia diincar oleh para pengusaha asing. Namun,
ternyata hal tersebut tidak diimbangi dengan dukungan positif dari pemerintah tentang
pengaturan Undang – Undang investasi dan ketenagakerjaan sehingga malah
memunculkan banyak masalah baru sehingga mengakibatkan dampak terparah berupa
relokasi tempat usaha ke negara lain.Banyak yang harus dibenahi untuk menyelesaikan
masalah ketenagakerjaan. Diantaranya adalah dengan membekali berbagai macam
ketrampilan bagi para tenaga kerja usia produktif supaya lebih mampu bersaing
di dunia kerja tidak hanya dalam bursa tenaga kerja lokal namun juga bursa
tenaga kerja dunia. Dampak terbesar dari terjadinya relokasi tempat usaha
adalah meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Jumlah pengangguran di
Indonesia telah mencapai titik dimana memerlukan penanganan dari pemerintah
dengan sangat serius. Ternyata langkah pemerintah untuk membuka banyak lapangan
kerja baru tidak banyak membantu mengurangi jumlah pengangguran di
Indonesia. Langkah yang dianggap
paling tepat adalah dengan membekali ketrampilan kepada para tenaga kerja
produktif yang masih belum medapatkan pekerjaan dengan harapan mereka bisa
membuka lapangan kerja baru, tidak hanya untuk diri mereka sendiri namun juga
untuk masyarakat disekitar mereka.Oleh karena itu, dukungan penuh dari
pemerintah terhadap para wiraswasta sangat diharapkan supaya angka pengangguran
bisa jauh berkurang.
Masalah yang tidak kalah pentingnya
adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan dianggap sebagai akar dari segala
permasalahan sosial kependudukan yang memiliki efek luar biasa bagi Indonesia. Harus
diakui bahwa hingga saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat tinggi.
Upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk miskin adalah dengan memberikan
fasilitas rusunawa yang pada kenyataannya banyak salah sasaran, memberikan BLT
(bantuan langsung tunai) yang ternyata tidak banyak membantu masyarakat, hingga
pemberian aneka subsidi untuk masyarakat miskin. Berbagai langkah tersebut pada
kenyataannya tidak bias membuat jumlah penduduk miskin di Indonesia menjadi
berkurang. Karena solusi idealnya adalah dengan memberikan mereka pekerjaan
tetap dengan gaji yang memadai sehingga mereka bisa hidup lebih layak. Inibukan perkara yang mudah bagi
Indonesia.
C.
Keadaan Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia
Dewasa ini tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia semakin
mengenaskan. Kemiskinan dan pengangguran
adalah dua hal yang berjalan beriringan, kemiskinan menyebabkan orang tidak
bisa sekolah, yang oleh karenanya tidak bisa pula mencari pekerjaan yang layak,
karena tidak punya pekerjaan, ia menjadi miskin, padahal Indonesia adalah
termasuk negara kepulauan terbesar yang juga memiliki sumber daya alam yang
sangat melimpah. Selain itu, dalam hal
pertanian dan juga kelautan Indonesia termasuk negara yang kaya akan hasil
sumber daya tersebut. Dalam hal ini yang
menjadi penyebab banyaknya kemiskinan dan pengangguran di Indonesia ialah
karena sumber manusia yang kurang dan kesempatan kerja bagi rakyat miskin
sangat kecil. Hal tersebut dikarenakan
rendahnya skill yang mereka punyai karena sebagian dari mereka kebanyakan hanya
lulusan Sekolah Dasar saja. Dapat kita
lihat terutama daerah pedesaan, banyak sekali rakyat miskin yang tidak mendapatkan
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan.Banyak pemuda dan pemudi yang hanya
menganggur di rumah, atau hanya bekerja serabutan.
Berdasarkan berita www.agroindonesia.co.id
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah pengangguran per Agustus
2013 dibanding Agustus 2012 bertambah 150.000 orang dari 7,24 juta orang
(6,14%) menjadi 7,39 juta orang (6,25%).
Angka itu meleset dari target APBN-P 20113 sebesar 5,8%. Pada periode Agustus 2012 hingga Agustus 2013
terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja di Indonesia dari 118.05 juta orang
menjadi 118.09 juta orang. Pemerintah
sendiri memperkirakan target angka kemiskinan dalam APBN-P 2013 dan RAPBN 2014
akan meleset akibat lonjakan inflasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi
nasional. Dalam revisi terbaru
pemerintah, angka kemiskinan pada 2013 diproyeksikan melonjak menjadi 11, 13 –
11, 37% dan pada 2014 sebesar 11,06 – 11,33% dari total penduduk Indonesia.
D. Solusi Permasalahan Pengangguran danKemiskinan
Sasaran utama pembangunan di tahun
1950-an dan 1960-an adalah mamaksimumkan tingkat pertumbuhan output total.
Akibatnya, dampak pendidikan atas distribusi pendapatan dan usaha menghilangkan
kemiskinan absolute sebagian besar telah dilupakan. Solusi dalam penanganan
kemiskinan dan pengangguran antara lain:
1. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Perbaikan SDM ini meliputi
peningkatan mutu, kualitas masyarakat dengan cara melakukan pelatihan dan
peningkatan mutu dalam pendidikan serta memperluas jaringan pelatihan balai
tenaga kerja.
2. Pendidikan
Todaro (2000) menyatakan bahwa
pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Pendidikan mamainkan
peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah Negara dalam menyerap teknologi
modern dan mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan. Pendidikan berperan penting dalam kesejahteraan seseorang dengan
berbagai cara yang berbeda. Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan penduduk
untuk memperoleh dan menggunakan informasi, memperdalam pemahaman akan
perekonomian, memperluas produktifitas, dan memberi pilihan kepada penduduk
apakah berperan sebagai
konsumen, produsen atau warga negara. Orang miskin yang mengharapkan pekerjaaan
baik serta penghasilan yang tinggi maka harus mempunyai tingkat pendidikan yang
tinggi. Tetapi pendidikan tinggi hanya mampu dicapai oleh orang kaya. Sedangkan
orang miskin tidak mempunyai cukup uang untuk membiayai pendidikan hingga ke
tingkat yang lebih tinggi seperti sekolah lanjutan dan universitas. Sehingga tingkat pendidikan sangat
berpengaruh dalam mengatasi masalah kemiskinan.
Pendidikan adalah
pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa. Sebab, pendidikan menyangkut pembangunan karakter
dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Banyak orang miskin
yang mengalami kebodohan bahkan secara sistematis. Sehingga, menjadi penting
bagi kita untuk memahami bahwa kemiskinan bisa mengakibatkan kebodohan,dan kebodohan
jelasi dentik dengan kemiskinan. Untuk
memutus rantai sebab akibat diatas, ada satu unsur kunci yaitu pendidikan. Karena pendidikan adalah sarana menghapus kebodohan
sekaligus kemiskinan. Salah satu
indikator pendidikan adalah tingkat angka melek huruf di suatu daerah. Pendidikan dan distribusi pendapatana dalah
mempunyai korelasi yang positif dengan penghasilannya selama hidup seseorang. Korelasi ini dapat dilihat terutama pada seseorang
yang dapat menyelasaikan sekolah tingkat lanjutan dan universitas, akan mempunyai
perbedaan pendapatan 300 persen sampai dengan 800 persen, dengan tenaga kerja
yang hanya menyelesaikan sebagian ataupun seluruh pendidikan tingkat sekolah dasar.
Karena tingkat penghasilan sangat dipengaruhi oleh lamanya tahun memperoleh pendidikan,
jelas ketimpangan pendapatan yang besar tersebut akan semakin besar. Namun, berdasarkan data dari BPS dapat kital ihat
bahwa saat ini masih banyak terdapat pengangguran terdidik, dimana jenjang pendidikan
diatas yang telah diwajibkan dalam program pemerintah (Wajib belajar 9 tahun) tidak
secara signifikan memberantas pengangguran dan kemiskinan. Hal ini juga menuntut
peran dari masyarakat itu sendiri,kita harus semangat dan fokus dalam meninba ilmu
sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tidak ada
lagi kecurangan-kecurangan dalam duniap endidikan, baik dari kejadian sogok,
suap, dan keringanan lainnya. Peserta didik pun perlu diajari kemandirian,
keberanian mengemukakan pendapat, belajar menyelesaikan konflik dengan teman,
belajar menjadi pemimpin di kelas, sikap antimencontek, serta mampu
mengembangkan ide kreatif dan inovatif. Dalam
hal ini, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan juga memiliki peran penting dalam
menetapkan standar pendidikan yang bermutu, berkualitas sehingga mampu bersaing
dalam pasar nasional maupun internasional.
3. Menciptakan lapangan kerja yang padatkarya.
Padat karya
merupakan kegiatan pembangunan proyek yang lebih banyak menggunakan tenaga
manusia jika dibandingkan dengan tenaga mesin.
Menggunakan tenaga manusia dalam jumlah besar. Penciptaan lapangan kerja padat karya sangat tepat
karena pada saat ini di Indonesia banyak Sumber Daya Manusia tidak
berketrampilan. Sehingga diharapkan mampu menyerap banyak
tenagakerja dan dapat mengurangipengangguran, karena pengangguran adalahsalah satu sumber
penyebab kemiskinanterbesar di Indonesia.
4. Kebijakan dan Ketegasan Pemerintah
Kebijakan Pemerintah turut memainkan
peranpenting dalam mengentaskan kemiskinan danpengangguran dapat dengan cara
melakukankebijakan antara lain melalui:
a)
Memperlambat
laju pertumbuhan penduduk(meminimalkan pernikahan usia dini sehinggadapat
memperlambat pertumbuhan angkatankerja baru;
b)
Pemerintah
memberikan bantuan wawasan,pengetahuan dan kemampuan jiwakewirausahaan kepada
Usaha Kecil danMenengah berupa bimbingan teknis danmanajemen memberikan bantuan
modal jangkapanjang. Serta memberikan fasilitas khususagar dapat bersaing di
bidangnya.
c)
Pemberlakuan
pasar tradisional danperkoperasiaan dibesarkan,dan pembatasanangka pembangunan
gedung modern sepertimal, agar lebih banyak penyerapan tenagakerja di pasar
traditional.
d)
Mengembangkan
sektor pariwisata dankebudayaan Indonesia dengan melakukanpromosi ke berbagai
Negara untuk menarikpara wisatawan asing dan mengundang parainvestor untuk ikut
berpartisipasi dalampembangunan, pengembangan kepariwisataan,sehingga nantinya
akan banyak menyeraptenaga kerja.
e)
Ketegasan
Pemerintah dalam memberikansubsidi secara tepat sasaran, seperti padakebutuhan
pokok manusia, sehingga setiapmasyarakat bisa menikmati makanan yangberkualitas;
pada pendidikan, seperti subsidibiaya operasional pendidikan sehinggamasyarakat
dapat mengenyam pendidikansecara layak; pembangunan infrastruktursecara
menyeluruh, yang tidak hanya berpusatpada daerah pusat dan perkotaan
metropolitan,sehingga akses transportasi dapat menyebardan meningkatkan
produktifitas UKM.
5. Pendidikan kewirausahaan
Agar masalah kemiskinan dan pengangguran
teratasi diperlukan pengusaha-pengusaha baru di negara kita.
Asumsinya,munculnya para pengusaha bisa membantu pemerintah menyediakan
lapangan pekerjaan diIndonesia. Dengan begitu, pengangguran akan berkurang.
Ketika pengangguran berkurang, maka tingkat kemiskinan pun akan mengikuti. Oleh
karena itu, kewirausahaan penting dibangkitkan di dunia pendidikan kita. Kewirausahaan
melalui jalur pendidikan bisa mengubah pola pikir seseorang untuk menjadikan wirausahawan
yang bekerjad engan menggunakan ide dan kreativitas. Dengan wirausaha,
seseorang selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Sehingga ia terus
melatih jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya untuk
menemukan peluang dan perbaikan hidup. Dengan demikian,akan tercipta kemakmuran
bagi dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungannya. Pendidikan kewirausahaan
merupakan pendidikan kecakapan hidup untuk memahami dunia usaha serta
mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari. Peserta
didik kewirausahaan dididik jadi individu kreatif, berdaya, bercipta, berkarya, berusaha dalam
rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Pendidikan ini bisa
dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Alternatif yang bisa ditempuh antara lain: memasukkan kewirausahaan
sebagai mata pelajaran muatan lokal yang harus ditempuh peserta didik, memasukkan
materi kewirausahaan kebeberapa materi pelajaran yang relevan, menyelenggarakan
ekstrakurikuler wajib berupa kewirausahaan di sekolah, dan sebagainya. Pendidikan
kewirausahaan yang diajarkan harus menonjolkan pengetahuan praktis mengenai
dasar-dasar kewirausahaan yang meliputi kegiatan produksi dan marketing. Bahan
ajar bisa diambil dari buku, majalah, karya tulis, sumber dari internet, lingkungan
atau narasumber, kemudian disusun secara sederhana oleh guru itu sendiri. Pendidikan
kewirausahaan yang diajarkan sejak dini bisa mengubah paradigma pendidikan kita
yang terlanjur menjadi birokrasi minded. Yakni, pendidikan yang melulu
difokuskan untuk mencetak generasi baru yang hanya berorientasi menjadi
pegawai. Jika melihat fakta angka pengangguran terdidik masih tinggi. Maka, birokrasi
minded tak layak dibiarkan merasuki mental generasi kegenerasi berikutnya.
Sudah saatnya anak-anak sejak dini diajari untuk mengenal berbagai jenis
kewirausahaan sebagai alternative menghadapi masa depan di luar cita-cita menjadi
pegawai. Mental priyayi sebagai konsekuensi dari birokrasi minded, yang selama ini
menjadi tipe pendidikan kita, harus dihapus. Sudah terlalu banyak lulusan
perguruan tinggi yang bermental priyayi. Sehingga tidak bersedia merintis usaha
kecil dan memilih menganggur sambil mondar-mandir keluar masuk kantor
menawarkan surat lamaran kerja yang dilampiri ijazah sarjananya.
Selain itu,
berdasarkan dari berita www.kemenkeu.go.id pada
tanggal 30 April 2014 bahwa pemerintah akan menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,5
persen sampai 6,3 persen pada akhir tahun 2015.
Ini disampaikan Armida S. Alisjahbana selaku Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional saat membacakan laporan Rencana kerja Pemerintah (RKP)
Tahun 2015. Menurut Armida, pemerintah juga akan menargetkan penurunan angka
kemiskinan dan pengangguran yang signifikan pada akhir Tahun 2015, dimana
kemiskinan di Indonesia akan turun menjadi 9 persen hingga 10 persen. Sedangkan angka penganggurannya 5,7 persen
hingga 5,9 persen.
BAB lll
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kemiskinan
dan pengangguran merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan, dimana ada pengangguran disitu ada kemiskinan.
2.
Banyak
program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah perekonomian yakni
mengenai masalah kemiskinan dan pengangguran namun pada kenyataannya hasil yang
dicapai tidak sesuai yang diharapkan.
3.
Banyak
pengangguran yang ada di Indonesia karena kurangnya lapangan pekerjaan yang ada
dan ketidaksesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia
yang menyebabkan bertambahnya kemiskinan di Indonesia.
B.
Saran
1. Program
pengentasan kemiskinan dan pengangguran sebaiknya tidak dikerjakan oleh
pemerintah sendiri, namun golongan yang mampu juga secara sukarela diharapkan
dapat berkontribusi mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang terjadi
di Indonesia.
2. Untuk
mengurangi kemiskinan dan pengangguran, yang perlu dilakukan adalah memberdayakan
masyarakat, ini akan lebih efektif dibandingkan hanya memberi bantuan yang
sifatnya sesaat.
REFERENSI
9.
http://kemenkeu.co.id/berita/pemerintah/-targetkan-inflasi-kemiskinan-dan-pengangguran-turun-di-2015
1.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung,
Pengantar Ilmu Ekonomi(Mikroekonomi &
Makroekonomi), Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2008