animasi-bergerak-hewan-binatang-0085

Selasa, 04 Agustus 2015

MASYARAKAT MAJEMUK



MASYARAKAT MAJEMUK

A.    Pengertian Masyarakat Majemuk
1.      Menurut Parsudi Suparlan bahwa Masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya masyarakat – masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional yang biasa dilakukan secara paksa menjadi sebuah bangsa dalam wadah nasional.
2.      Menurut Dr. Nasikun, Masyarakat Majemuk adalah suatu masyarakat dalam mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian – bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas atau bahkan kurang memiliki dasar – dasar untuk memahami satu sama lain.
3.      Menurut Furnival, masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terpisah – pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda – beda atau sama lainnya

B.     Karakteristik Masyarakat Majemuk
Menurut L. Van den Berghe mengemukakan karakteristik masyarakat majemuk adalah :
1.      Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk – bentuk kelompok subkebudayaan yang berbeda satu sama dengan yang lain
2.      Memiliki struktur sosial yang terbagi – bagi ke dalam lembaga – lembaga yang bersifat nonkomplementer
3.      Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota – anggotanya terhadap nilai – nilai yang bersifat dasar
4.      Secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lain
5.      Secara relatif, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi
6.      Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain
C.    Faktor Kemajemukan Masyarakat
1.      Faktor Horizontal, yang merupakan faktor – faktor yang diterima seseorang sebagai warisan (ascribed-factors).
a)      Etnis
b)      Bahasa Daerah
c)      Adat Istiadat / perilaku
d)     Agama
e)      Pakaian / makanan (budaya material)
2.      Faktor Vertikal, yang merupakan faktor – faktor yang lebih banyak diperoleh dari usahanya sendiri (achievement-factors)
a)      Penghasilan
b)      Pendidikan
c)      Pemukiman
d)     Pekerjaan
e)      Kedudukan politis

D.    Contok Konflik yang Terjadi di Masyarakat Majemuk
Konflik dalam masyarakat majemuk yang akan saya contohkan adalah :
1.      Masyarakat di Desa Temanggal Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, di umpamakan sebagai Masyarakat A
2.      Masyarakat di Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, diumpamakan sebagai Masyarakat B
Konflik merupakan proses sosial yang pasti akan terjadi di tengah – tengah masyarakat yang dinamis.  Konflik terjadi karena adanya perbedaan atau kesalahpahaman antara idividu atau kelompok masyarakat yang lainnya.
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1.      Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan – peranan dalam keluarga atau profesi.
2.      Konflik antara kelompok – kelompok sosial (antar keluarga, antar gank)
3.      Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan masa)
4.      Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

*     Konflik Masyarakat A
1.      Faktor Horizontal
a.       Konflik Adat Istiadat atau Perilaku
Dengan pola pikir masyarakat yang berkembang lebih maju, segala kegiatan dalam masyarakat akan mereka rubah menjadi lebih efektif dan efisien. Contoh yang terjadi di masyarakat A, hajatan tahlilan saat ada orang meninggal, yang dahulu dilaksanakan selama 7 hari, sekarang hanya jadi 3 hari dan tergantung kemampuan masyarakatnya. Yang dahulu jika pemberian makan dalam bentuk siap saji, sekarang menjadi bahan mentah.  Masa peralihan antara kebiasan yang lama dengan kebiasaan yang baru, maka akan terjadi perbedaan pendapat dan pandangan.  Namun seiring berjalannya waktu kebudayaan baru tersebut mulai diterima dan dilakukan oleh masyarakat.

2.      Faktor Vertikal
a.       Konflik Penghasilan
Masalah keuangan yang terjadi di masyarakat A yaitu mengenai Penggunaan anggaran Kas Desa. Anggaran kas desa yang didapatkan salah satunya dari Jimpitan yang merupakan dana swadaya masyarakat, dikumpulkan dari warga, dikelola oleh warga untuk kesejahteraan warga itu sendiri.  Jimpitan ini pada zaman sekarang berupa uang yang sengaja diletakkan didepan rumah yang kemudian akan diambil oleh petugas ronda, dikumpulkan sebagai kas desa dan digunakan untuk kepentingan warga.  Yang menjadi konflik dalam hal ini yaitu penggunaan kas desa tersebut.  Di masyarakat A, kas desa salah satunya dimanfaatkan untuk pembelian barang pecah belah serta peralatan dan perlengkapan yang biasanya digunakan untuk acara hajatan.  Namun ada saja warga yang komplain atau tidak setuju dengan penggunan dana tersebut, sehingga menjadikan saling cekcok mulut antar warga.

b.      Konflik Pekerjaan
Yang menjadi konflik di Masyarakat A dalam faktor pekerjaan yaitu, sebagian warga hanya sebagai pekerja musiman, yang pelaksanaannya tegantung pada musim atau cuaca tertentu.  Warga masyarakat A pada musim tertentu bekerja sebagai buruh yaitu bekerja di kebun tebu di daerah kota untuk memanen.  Namun ketika musim tebu sudah berakhir, mereka menjadi penggangguran atau hanya mencari sambilan – sambilan pekerjaan di kampung.
c.       Konflik Pendidikan
Tingkat Pendidikan di Dusun Masyarakat A sebagian besar hanya lulusan SMA sederajat walaupun tetap ada yang memiliki lulusan perguruan tinggi, namun bahkan ada yang hanya lulusan SD.  Warga yang memiliki tingkat pendidikan rendah, tidak mempunyai pengetahuan yang lebih.  Bisanya mereka hanya meniru dan coba – coba atau bahkan mereka sering terpengaruh dengan tindakan yang buruk atau salah pergaulan.  Sebagai contoh di Masyarakat A ada kelompok pemuda yang dianggap salah pergaulan.  Kelompok tersebut sering mabuk – mabukan dengan minum minuman keras oplosan.  Hal tersebut tentunya membuat warga umumnya terutama para orang tua menjadi khawatir anak mereka terpengaruh dan ikut  ikutan minum minuman keras.  Oleh karena itu para orang tua melarang anak mereka bergaul dengan kelompok tersebut. Pemuda yang lainpun enggan untuk bermain dengan mereka.  Hal tersebut yang biasanya membuat saling adu mulut dengan berkata – kata yang kurang baik.  Tentunya ini menjadikan konflik dan membuat keadaan warga masyarakat A menjadi sering tidak kondusif.
Suatu ketika, akibat dari menenggak minuman keras oplosan 12 warga masyarakat di daerah tersebut yang salah satunya adalah seorang warga di Masyarakat A tewas dan 5 lainnya kritis.  Awal mulanya sejumlah orang menenggak minuman oplosan itu hari Sabtu (4/10).  Kemudian hari esoknya sejumlah orang menenggak miras oplosan yang sama.  Sejak hari Minggu (5/10), satu persatu orang yang menenggak minuman keras oplosan tersebut tumbang dan meninggal dunia.  Lima orang meninggal pada hari minggu termasuk 1 orang warga Masyarakat A. Hari berikutnya, Senin (6/10) menyusul 3 orang.  Dan hari berikutnya lagi, Selasa (7/10) 3 orang kembali meninggal.  Sementara itu pada hari Kamis (9/10) 1 orang meninggal, dan tercatat 12 orang meninggal dalam waktu 5 hari akibat minumam keras oplosan.  Dengan kejadian seperti itu, warga masyarakat A sangat mewanti – wanti anak mereka jangan sampai salah bergaul dan memberikan pengertian betapa minuman keras yang sering disebut “banyu setan” itu benar – benar merugikan.

*     Konflik Masyarakat B
1.      Faktor Horisontal
a.       Konflik Agama
Konflik yang ditimbulkan dari faktor agama merupakan faktor yang riskan. Sebagian besar warga masyarakat B menganut agama muslim, namun ada juga beberapa warga yang menganut agama non muslim.  Adanya sikap tertutup dan saling curiga antaragama, itulah hal yang berpotensi menimbulkan konflik.  Kegiatan yang dijalankan oleh suatu agama dianggap sebagai sebuah ancaman bagi agama lain.  Kemudian contoh lain yang terjadi di masyarakat B yaitu konflik yang terjadi antara NU dan Muhammadiyah mengenai penetapan hari raya.
b.      Konflik Adat istiadat atau perilaku
Perubahan dalam masyarakat saat ini terjadi dikarenakan tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka dapatkan akan membuat perilaku baru ataupun adat istiadat terutama pada generasi baru. Contohnya dengan adanya teknologi komunikasi yang sangat canggih seperti penggunaan handphone dan internet yang membuat pengawasan orang tua tidak bisa terkontrol maka terjadi perbedaan cara pandang dan perubahan perilaku mereka. Hal itu lah yang menjadikan konflik.

2.      Faktor Vertikal
a.       Konflik Penghasilan
Faktor ekonomi di wilayah masyarakat B, masih sangat berpengaruh besar dari hasil pertanian.  Bagi petani yang mempunyai lahan dan modal yang besar, akan menghasilkan hasil bumi atau hasil pertanian yang melimpah.  Berbeda dengan mereka yang tidak mempunyai lahan pertanian.  Sehingga mereka hanya menjadi buruh petani yang hasilnya hanya dari upah dia bekerja. Selisih pendapatan antara petani dan buruh ini yang membuat tingkat ekonomi dalam masyarakat menjadi perbedaan yang besar sehingga menimbulkan kesenjangan sosial.
b.      Konflik Pekerjaan
Wilayah Kecamatan tempuran merupakan wilayah kawasan industri, jadi tidak heran kalau sebagian besar warga masyarakat B bekerja  sebagai buruh pabrik.  Namun yang menjadi konflik adalah adanya karyawan tetap dan karyawan kontrak.  Para karyawan kontrak merasa iri dengan karyawan tetap karena mereka bekerja dengan tanggung jawab yang sama namun mendapatkan fasilitas yang berbeda.  Sehingga mereka menuntut untuk mendapatkan posisi atau hak yang sama.
c.       Konflik Pendidikan
Tingkat pendidikan di masyarakat B, dipengaruhi oleh tingkat perekonomiannya.  Bagi seorang buruh, anak mereka hanya bisa bersekolah sampai SMA atau banhkan hanya Sekolah Dasar.  Sedangkan bagi mereka yang secara ekonomi mampu, anak mereka bisa bersekolah sampai perguruan tinggi.  Dari perbedaan tingkat pendidikan ini, pola pikir dan kesempatan dalam mereka berkarir atau memanfaatkan peluang tentunya sangat berbeda.

E.     Potensi Konflik di Masyarakat Majemuk
Dari penjelasan konflik yang terjadi di dua masyarakat di atas, dapat diketahui bahwa masyarakat A yang menjadi faktor penentu konflik adalah faktor Horizontal yaitu pada adat istiadat atau perilaku dan faktor vertikal yaitu pada penghasilan, pekerjaan dan pendidikan.  Sedangkan untuk masyarakat B, yang memicu timbulnya konflik adalah dari faktor Horizontal yaitu adat istiadat atau perilaku dan juga agama, sedangkan faktor Vertikalnya yang meliputi, Penghasilan, Pekerjaan dan pendidikan.  dari uraian tersebut, bisa kita hitung tingkat intensitas terjadinya potensi konflik di masing – masing masyarakat yaitu sebagai berikut :

Nama Desa
Faktor vertikal dan Horizontal
Angka Komulatif
Desa Temanggal (Masyarakat A)
3 x 1
3
Desa Jogomulyo (Masyarakat B)
3 x 2
6

F.     Indikator dalam Menggambarkan Intensitas Konflik
Charles Lewis Taylor dan Michael C. Hudson membuat beberapa indikator dalam menggambarkan intensitas konflik yang terjadi dalam masyarakat Indonesia.  Indikator – indikator tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Demonstrasi, yaitu sejumlah orang yang dengan tidak menggunakan kekerasan kemudian mengorganisasi diri untuk melakukan protes terhadap suatu rezim, pemerintah atau pimpinan.
2.      Kerusuhan, pada dasarnya sama dengan demonstrasi, namun disertai dengan penggunaan kekerasan fisik yang biasanya diikuti dengan pengerusakan – pengerusakan barang oleh pelaku kerusuhan.
3.      Serangan bersenjata (armed attack), yaitu suatu tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suatu kelompok berkepentingan dengan maksud melemahkan atau menghancurkan kekuasaan dari kelompok lain.
4.      Akibat dari Armed Attack, kerusuhan dan demonstrasi yaitu jumlah kematian akibat kekerasan politik.
Ø  Berdasarkan indikator diatas, konflik yang terjadi di Masyarakat A dan B masuk dalam indikator pertama yaitu Demonstrasi karena tidak ada kekerasan dalam konflik tersebut dan hanya terjadi kesalahpahaman dan perbedaan pendapat.
G.    Intensitas Konflik dan Proposisi Intensitas Konflik
Intensitas konflik lebih merujuk pada besarnya energi yang dikeluarkan dan tingkat keterlibatan partisipan dalam konflik.  Menurut Surbakti (1992 : 156 – 158), intensitas konflik ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu :
1.      Pertentangan antara pihak – pihak yang yang berkonflik yang mencaku pelbagai jenis
2.      Terdapat kelas yang dominan dalam industri
3.      Pihak yang berkonflik menilai tidak mungkin terjadi peningkatan status bagi dirinya.
4.      Besar kecilnya sumber – sumber yang diperebutkan dan tingkat resiko yang timbul dari konflik tersebut.  Semakin besar sumber – sumber yang diperebutkan maka konflik akan semakin intens.  Demikian pula dengan resiko.  Semakin besar tingkt resiko yang akan ditimbulkan maka konflik akan akan semakin intens.

Coser (Soerjono Soekanto, 1988:94) mengungkapkan proposisi intensitas konflik sebagai berikut :
1.      Semakin disadarinya kondisi yang menyebabkan pecahnya konflik maka konflik semakin intens
2.      Semakin besar keterlibatan emosional pihak – pihak dalam konflik maka konflik semakin intens
3.      Semakin ketat struktur sosial maka tidak tersedianya alat yang melembaga untuk menyerap konflik dan ketegangan, konflik semakin intens
4.      Semakin besar perlawanan keleompok – kelompok di dalam konflik terhadap kepentingan objektif mereka maka konflik semakin intens.
Ø  Berdasarkan faktor Intensitas konflik dan proposisi intensitas konflik diatas, konflik yang terjadi di Masyarakat A dan B merupakan konflik yang tidak intens.




H.    Saran untuk mengatasi konflik
Ø  Saran berdasarkkan konflik yang terjadi di Masyarakat A yaitu :
1.      Rujuk, yaitu merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama. Hal yang perlu dilakukan yaitu dengan mengumpulkan semua warga dalam forum pertemuan untuk musyawarah kesepakatan untuk memutuskan pemanfaatan  penggunaan kas desa.
2.      Persuasi yaitu usaha mengubah posisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin timbul, dengan bukti fuktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
Dengan fakta kejadian yang sudah terjadi, para orang tua memberikan kasih sayang dan perhatian yang lebih kepada anak  - anak mereka juga memantau pergaulan anak – anak mereka jangan sampai salah pergaulan dan melakukan hal – hal yang tidak diinginkan.
3.      Menanamkan sikap saling tenggang rasa dan saling menghormati.
Ø  Saran berdasarkkan konflik yang terjadi di Masyarakat B yaitu :
1.      Mengembangkan sikap toleransi terhadap agama lain dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat dalam agama.
2.      Menanamkan sikap rasa kepekaan terhadap perubahan – perubahan yang terjadi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat, sehingga dapat menerima perbedaan pendapat yang terjadi.
3.      Perubahan sistem pendidikan dengan memasukkan kebudayaan kearifan lokal dalam sistem pendidikan sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta terhadapa budaya dan menjaga budaya tetap lestari sebagai kekayaan masyarakat.



--o00o--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar